2012/04/23

Tema-Tema Rekonsiliasi


Tema Rekonsiliasi :

1 Korintus 1:10
“Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.” (TB. 1974)

Roma 15 : 5 – 7
“Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa  Tuhan kita, Yesus Kristus. Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.”

Mazmur 133 : 1
“Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun !”

Filipi 2 : 1 – 2
“Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini : hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan”

Gereja Mission Batak

Gereja Mission Batak Bah Kapul

Gereja Mission Batak Batu Moror

2012/04/15

Sejarah Singkat tentang I. L Nommensen di Tanah Batak

Hidup atau mati biarlah aku tinggal di tengah-tengah bangsa ini untuk menyebarkan firman dan kerajaan-Mu. Amin”
(Dr. Ingwer Ludwig Nommensen)

Berbicara tentang peradaban Batak, barangkali akan lain ceritanya jika Dr. Ingwer Ludwig Nommensen tidak pernah menginjakkan kakinya di Tanah Batak. Siapakah dia dan mengapa ia dijuluki sebagai “Apostel Batak”?

Nommmensen adalah manusia biasa dengan tekad luar biasa. Perjuangan pendeta kelahiran 6 Februari 1834 di Marsch Nordstrand, Jerman Utara itu untuk melepaskan animisme dan keterbelakangan dari peradaban Batak patut mendapatkan penghormatan.
Maka tak heran, suatu kali dalam sidang zending di Barmen, ketika utusan Denmark dan Jerman mengklaim bahwa Nommensen adalah warga negara mereka, Pendeta Dr. Justin Sihombing yang hadir waktu itu justru bersikeras mengatakan bahwa Nommensen adalah orang Batak.
Nommensen muda, ketika genap berusia 28 tahun telah hijrah meninggalkan Nordstrand dan hidup di Tanah Batak hingga akhir hayatnya dalam usia 84 tahun.
Masa mudanya, ia lewati dengan menjalani pendidikan teologia (1857-1861) di Rheinische Missions-Gesselscha ft (RMG) Barmen, setelah menerima sidi pada hari Minggu Palmarum 1849, ketika berusia 15 tahun.

2012/04/14

Damai Sejahtera di Bumi, di Antara Manusia yang Berkenan Kepada-Nya

Suatu Study Lukas 2:14 -- "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi. Dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."

      Di dalam ibadah dan perayaan Natal, seringkali terdengar khotbah tentang topik ini. Damai di bumi, di mana semua menjadi baik, harmonis terkendali, tidak ada perang, saling menghormati. Pertanyaan yang mengemuka: Apakah maksud sebenarnya damai di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya? Apakah Lukas menuliskan damai dalam arti semua keadaan menjadi baik, keluarga dan masyarakat menjadi harmonis, ekonomi meningkat, negara aman? Ataukah ada pengertian lain berkaitan dengan kelahiran Kristus? Apakah damai di bumi bersifat universal untuk dunia ataukah terbatas pada golongan/kelompok tertentu saja. Apakah ini ditujukan kepada semua manusia ataukah secara khusus ditujukan kepada umat pilihan Allah saja. Untuk mengetahui hal ini dengan jelas, maka perlu untuk meneliti bagian ini. Kemudian merenungkan maknanya di dalam konteks kehidupan masa kini.


LATAR BELAKANG HISTORIS
      Lukas mengambil setting pujian malaikat ini, dengan situasi damai yang diciptakan oleh kekaisaran Romawi pada wilayah yang menjadi kekuasaannya. Sebelum masa ini, kekaisaran Romawi dirongrong oleh berbagai problem, baik dari luar maupun dari dalam. Dari luar, kakaisaran Romawi menghadapi pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat sipil, sedangkan dari dalam, kekaisaran ini menghadapi berbagai persoalan, mulai dari korupsi sampai degradasi moral, khususnya dalam bidang pemerintahan, politik, ekonomi, dan keagamaan.
      Sejak Kaisar Agustus berkuasa (sekitar 27 BC–41 AD), Romawi mengalami masa keemasan. Puncak kejayaan Romawi terjadi pada masa ini. Pemberontakan dan perang sipil berakhir, korupsi mulai dibersihkan di dalam pemerintahan dan perekonomian dipulihkan. Kaisar Agustus menghidupkan kembali agama negara dan membangun kembali kuil-kuil yang telah rusak dan runtuh sebagai tempat pemujaan dan persembahan bagi dewa-dewa. James T. Dennison mengatakan: The Age of Augustus was celebrated by the poets (especially Virgil) as a new era–the dawn of the age of gold. The empire was expanding in every area: law, culture, arts, humanities, military might, religious revival. The economy boomed, the temples were full–any and every new cult had opportunity to erect a temple in Rome. Reform was in the air –reform of manners–reform of religion–reform of the republic.(1)

Perdamaian Dalam Kaca Mata Teologi

Persoalan Teologi

Hal ini membuat kita bertanya mengapa agama yang seharusnya membawa kedamaian justru sering memicu tragedi kemanusiaan yang berdarah-darah? Untuk menjawab hal ini, kita perlu merujuk kembali ke persoalan yang paling fundamental dalam agama, yaitu persoalan teologi.

Konsep teologi yang dibangun manusia cenderung bersifat apologetik-defensif ketimbang konstruktif-liberatif. Manusia menghabiskan banyak energi dalam perdebatan tentang Tuhan, seolah-olah ingin menyatakan merekalah penyelamat Tuhan. Persoalan kemanusiaan yang menjadi latar belakang agama disingkirkan, tidak menjadi tema dalam teologi.

Teologia Tohonan

1. PENDAHULUAN
Seorang pendeta menerima pendidikan teologi secara formal di seminari. Pengalamannya selama menekuni teologi membentuk kepribadiannya kelak sebagai seorang pendeta. Bahkan lingkungan hidup seminari, karena biasanya hidup berasrama, sangat dominan mempengaruhi perkembangan wawasan, intelektualitas dan kehidupan spiritualitasnya. Kehidupan berasrama, dan kehidupan lingkungan kampus akhirnya merupakan adonan pembentukan kepribadian seseorang yang kelak menjadi pendeta. Hal ini tentunya tidak mengabaikan terjadinya perubahan kepada calon pendeta, ketika ia sudah berada di tengah-tengah masyarakat. Perubahan tersebut dapat terjadi, baik perubahan positif maupun negatif.